Kerajaan Majapahit, sebuah entitas politik yang melegenda di panggung sejarah Nusantara, dikenal luas akan keagungan dan vastnya teritori. Di balik kemasyhurannya sebagai kerajaan bercorak Hindu-Buddha, tersembunyi narasi memikat tentang interaksi kerajaan ini dengan komunitas Muslim. Mari kita telaah lembaran sejarah yang mengungkap relasi kompleks antara imperium Majapahit dan penganut Muslim.
Titik Awal Perjumpaan
Di era abad ke-14, saat Majapahit berada di zenit kejayaannya, Muslim mulai merambah wilayah Nusantara melalui rute niaga. Saudagar-saudagar Muslim dari beragam penjuru, mencakup Jazirah Arab, Persia, dan anak benua India, mulai berinteraksi dengan penduduk setempat, termasuk di kawasan yang berada di bawah payung kekuasaan Majapahit.
Sikap Inklusif dan Hidup Berdampingan
Yang menarik, kendati Majapahit diidentikkan dengan kerajaan berpaham Hindu-Buddha, terdapat sejumlah bukti arkeologis dan catatan historis yang mengindikasikan adanya sikap terbuka terhadap komunitas Muslim. Beberapa sumber mencatat bahwa di jantung Majapahit, Trowulan, terdapat kantong-kantong pemukiman Muslim yang hidup harmonis dengan penduduk lainnya.
Kontribusi Muslim dalam Sektor Ekonomi
Komunitas Muslim memegang peranan krusial dalam jaringan perdagangan Majapahit. Kepiawaian mereka dalam navigasi dan jaringan internasional sangat diapresiasi oleh elit Majapahit. Bahkan, beberapa tokoh Muslim dipercaya menduduki posisi strategis dalam birokrasi kerajaan, utamanya yang berkaitan dengan urusan perdagangan dan hubungan diplomatik.
Akulturasi Budaya dan Pertukaran Pengetahuan
Interaksi antara Majapahit dan komunitas Muslim tidak sebatas pada ranah ekonomi. Terjadi pula pertukaran kultural dan intelektual yang signifikan. Sejumlah konsep dalam bidang astronomi, matematika, dan pengobatan dari peradaban Muslim mulai dikenal dan diadopsi di lingkungan istana Majapahit.
Polemik dan Rintangan
Meski terdapat bukti koeksistensi yang damai, hubungan antara Majapahit dan komunitas Muslim tidak selalu berjalan mulus. Beberapa sumber mengindikasikan adanya friksi, terutama ketika pengaruh Muslim mulai meluas ke daerah-daerah pesisir yang sebelumnya merupakan vasal setia Majapahit.
Peralihan Tongkat Kekuasaan
Menjelang penghujung abad ke-15, tatkala dominasi Majapahit mulai surut, beberapa wilayah kekuasaannya berangsur beralih menjadi kesultanan Muslim. Proses transisi ini tidak selalu diwarnai konflik, namun kerap kali berlangsung melalui pernikahan politis dan konversi damai para penguasa lokal.
Legasi dan Dampak Jangka Panjang
Interaksi antara Majapahit dan komunitas Muslim meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam mozaik budaya Nusantara. Banyak tradisi dan kesenian yang tumbuh subur di era Majapahit kemudian diadaptasi dan dilestarikan oleh kesultanan-kesultanan Muslim yang muncul setelahnya.
Hikmah dari Lembaran Sejarah
Kisah relasi Kerajaan Majapahit dan komunitas Muslim menyodorkan pelajaran berharga tentang toleransi dan kemajemukan. Ini membuktikan bahwa perbedaan keyakinan dan budaya tidak selalu bermuara pada pertikaian, namun bisa menjadi katalis bagi kemajuan dan kekayaan peradaban.
Kerajaan Majapahit dan komunitas Muslim telah mengukir babak penting dalam kronik Nusantara. Narasi ini bukan sekadar tentang pergantian tampuk kekuasaan, melainkan juga tentang bagaimana dua peradaban besar dapat berinteraksi, saling memperkaya, dan pada akhirnya membentuk jati diri bangsa yang kita warisi hingga kini.
www.hamdalahkubahkreasindo.com